Sore ini hujan kembali turun. Aku berada di dalam angkot. Tinggal 3 penumpang lagi untuk angkot ini berangkat. Karena hujan, tidak banyak karyawan ataupun karyawati yang naik. Ditambah lagi hari ini adalah hari pertama masuk kerja setelah lebaran Idul Fitri.

Angkotku hampir memasuki wilayah jalan Haji Ji'an, baru melewati tempat pembuangan sampah. Wilayah ini lebih rendah dari tempat lainnya. Jakarta sekarang semakin parah. Baru hujan sedikit saja langsung banjir. Jangankan cekungan, daerah tinggi pun belum tentu selamat dari banjir.
Melihat di depan ada genangan air cukup tinggi, angkotku ambil ancar-ancar. Yak! Ngeeeeeeeeeeng! dan... tiba-tiba angkotku berhenti. Ada anak muda tiba-tiba menyeberang jalan.
Alhasil seperti sudah diduga, masuklah air ke dalam knalpot dan membasahi busi. Tapi angkotku masih bisa nyala, hanya saja dia tidak mau jalan. Pak supir terus menginjak gas. Setelah beberapa menit tampaknya tidak juga menunjukkan kemajuan, akhirnya ia pun turun. Meskipun hujan turun makin deras. So profesional, pikirku.Penumpang di dekat pintu belakang mulai kebasahan. Aku tawarkan payung tapi ia tidak mau. Bapak-bapak yang duduk di kursi pengantin juga ikut kebasahan. Tak lama supir terdengar ngomel-ngomel dan berteriak-teriak. Rupanya ada ban bekas yang terbawa di kolong angkot, nyangkut di mesin dan menyebabkan mesin makin sulit dijalankan. Akhirnya ia minta dua penumpang yang duduk di depan pindah ke belakang. Agak repot karena pintu belakang sudah ditutup oleh penumpang agar air hujan tidak semakin parah masuk ke dalam. Tapi akhirnya ia pindah.
Setelah mendongkrak angkot dan melepaskan ban bekas dari mesin, sekarang ia mencoba mengeringkan busi. Semua dilakukan secara professional. Saya boleh jadi master of science lulusan Jerman, mungkin di sebelah saya juga seorang sarjana. Dua bapak yang di depan agaknya juga minimal lulusan sarjana karena ia bekerja di Sumitmas dengan mengenakan batik yang lumayan necis. Tapi tetap saja saat itu keberhasilan angkot ini ada di tangan pak supir yang bekerja di tengah hujan sambil telanjang dada. Dan (maaf) saya tidak yakin ia seorang sarjana.
Yang membuat saya salut, dia benar-benar menguasai basic skill. Skill yang diperlukan untuk membuat angkot ini kembali jalan. Dan dia benar-benar menguasainya. Dalam beberapa menit, angkot itu kembali bekerja, bahkan kuat melewati tanjakan. Bayangkan kalau saja dia pasrah di tengah banjir dan tidak tau apa yang harus dia lakukan. Mungkin Anda berpikir, paling-paling dia tidak mendapat bayaran dari penumpang. Atau, paling-paling dia menunggu hingga angkot berikutnya tiba sehingga penumpang bisa dioper atau dia bisa minta tolong supir tersebut. Tidak ada yang salah dengan itu memang, tapi yang jelas, dia akan membuat para penumpang kecewa.
Kecewa karena pak supir tidak melakukan hal yang seharusnya dia bisa lakukan. Membuat orang lain kecewa karena pekerjaan kita adalah hal yang paling kuhindari. Bila kita tidak bisa melakukan hal-hal yang sudah seharusnya kita dalami, lantas apa makna hidup kita selama ini?Sementara pekerjaan kita adalah sarana kita beribadah. Bila ibadah kita tidak membawa makna, lantas apalah arti kita di dunia?
Aku benar-benar salut kepada supir angkot itu. Dia pun tak lupa meminta maaf kepada penumpang ketika ia menyupir telanjang. "Maaf Ibu-ibu, saya telanjang. Bukannya belagu, tapi semuanya basah", ujarnya menjelaskan.
Hampir dekat rumah, angkotku mogok lagi ketika melewati tempat banjir untuk yang ketiga kalinya. Secara profesional dia membantu mobil-mobil lain untuk bisa melewati angkotku, karena mereka tidak tau letak saluran air dengan tepat akibat tertutup air. Secara profesional juga ia berupaya sekuat tenaga mendorong angkot yang isinya tinggal 6 perempuan itu, dan memindahkan kami ke angkot berikutnya (angkot ketiga yang lewat, sebetulnya). Dia benar-benar profesional.
Sore itu aku berpikir, tidak peduli berapa tinggi jabatan kita, tidak peduli betapa berkelas pekerjaan kita. Selama kita tidak menguasai basic skill dan tidak bisa melakukan hal-hal yang orang lain harapkan dari kita, rasanya kita tidak lebih baik dari supir angkot telanjang itu.
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen