
Bayangkan, untuk pertama kalinya kamu pergi ke negara yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya, dan bahkan hingga detik kamu berangkat, kamu belum mendapat tempat tinggal yang jelas di sana. Kamu bahkan tidak tau mau makan apa, mau jalan-jalan dengan apa dan bagaimana, dan seperti apa lingkungannya. Meskipun aku sudah belajar bahasa Jerman 1 tahun lamanya, tetap saja aku stress. Untungnya, internet sudah ada di tahun itu, jadi aku menemukan sesama orang Indonesia yang juga mengambil program yang sama di sana, dan dia, Yanti namanya, sudah tinggal di sana 6 bulan lamanya. Jadi untuk urusan transport dari bandara ke asrama, setidaknya sudah aman, karena saat itu aku memang sengaja berangkat bersama Yanti.
(Boarding time)
Aku kirim sms terakhir untuk mamaku yang ulang tahun pada hari itu... Germany, here I come
Pesawat telah mendarat. Dari udara aku lihat banyak kawasan hijau. Memang tidak banyak pohonnya seperti Indonesia, tapi rumput hijau di lahan yang luas menghampar dimana-mana.
Nah itu dia, rombongan penjemput Yanti (dan aku).
Perjalanan dari Frans Josef Flughafen (Munich Airport) ke Freising memakan waktu sekitar 40 menit dengan mobil. Mendekati Freising, bangunan-bangunan khas Eropa mulai bermunculan. Kotanya seperti mainan. Bak kota-kota yang sering kuliat di buku Heidi atau buku bacaan lainnya ketika aku masih kecil.
Nah itu dia asramaku, ternyata nama bekennya 'Altenheim'. Dalam bahasa Jerman, altenheim itu artinya rumah jompo. Ternyata nama itu diambil bukan sekenanya saja, karena tepat di samping asrama memang ada panti jompo. Bahkan asrama itu sendiri tadinya adalah panti jompo, yang sekarang dialih fungsikan sebagai tempat tinggal mahasiswa internasional. Jadi di situ sedikit sekali mahasiswa Jermannya.
Mudah-mudahan bangunan ini bisa mengisi lembaran-lembaran hidupku ke depannya dengan hal-hal yang bermakna. Mudah-mudahan.. pikirku sambil terus memandangi altenheim dari depan.
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen